Sabtu, 22 November 2008

III. Kerajaan Sunggal Serbanyaman

Kerajaan Sunggal Serbanyaman yang didirikan oleh keluarga besar Puak Sunggal diawali dengan tokoh Jolol Karo-Karo Surbakti yang mempunyai anak bernama Sirukati Surbakti. Sirukati Surbakti mempunyai dua orang anak, yakni Kebal Surbakti dan Sirsir/Serser Surbakti. Sirsir/Serser Surbakti mempunyai saudara empat orang, salah satunya bernama Kebal Surbakti yang berasal dari Pak Pak (Dairi). Keduanya melakukan perjalanan dari daerah Pak Pak/Dairi turun gunung ke daerah Tanah Karo dan Gayo Alas. Kebal Surbakti kemudian membuat perkampungan di Lingga dan Sirsir mengembara sampai ke Tanah Alas di Lingga Raja, terus ke Torong dan membuat perkampungan di sana. Sirsir kemudian menikah dengan seorang Putri yang dipercayai sebagai penjelmaan dari seekor gajah maka anaknya kemudian dinamai Gadjah Surbakti.


Gadjah Surbakti kemudian membuat kampung di Sitelu Kuru dan dinamakan Kampung Gadjah. Dengan demikian, tidak heran apabila terjadi hubungan yang erat antara masyarakat di Sitelu Kuru, Penghulu Gadjah, Penghulu Lingga, dan marga Surbakti. Gadjah Surbakti mempunyai tiga orang anak, yakni Ator Surbakti, Nangmelias Br Surbakti, dan Adir Surbakti.

Adir Surbakti kemudian mendirikan kampung di Sembuaikan di kaki Gunung Sibayak dan menamakan Songgal. Atas pengaruh Datuk Kota Bangun, ia kemudian memeluk Agama Islam tahun 1632. Adir mempunyai anak sepuluh orang anak, yaitu sembilan laki-laki dan seorang wanita bernama Nang Baluan. Di antara anak laki-lakinya bernama Mahbub dan Borang. Adir adalah pendiri Kerajaan Sunggal yang ketika itu kekuasaanya cukup kuat meliputi bekas wilayah kerajaan Aru II di Deli Tua. Ia memerintah dari 1629-1651. Ketika Aceh menaklukkan Deli tahun 1612, Sultan Aceh menempatkan seorang wakilnya di Deli, yaitu Gotjah Pahlawan. Melihat Sunggal begitu kuat pengaruhnya di daerah Deli Tua dan orang-orang Karo di Pegunungan, maka ia mengawini Nang Baluan sebagai akses untuk dapat memengaruhi Raja Raja Urung di Tanah Karo. Dari perkawinannya itu kemudian lahir raja-raja Deli dan Serdang. Pada masa itu dibuatlah kesepakatan yang dinamakan Konfederasi Deli. Deli menjadi Anak Beru Sunggal dan Sunggal berperan sebagai Ulon Janji.

Di antara anak laki-laki Adir adalah Mahbub Surbakti yang menggantikannya sebagai raja. Pusat kekuasaan Kerajaan Sunggal dipindahkan ke Kinangkung. Ia mempunyai dua orang anak, yakni Bubud Surbakti dan Tobo Surbakti. Mahbub Surbakti memerintah dari tahun 1651-1667 yang kemudian digantikan oleh anaknya Bubud Surbakti. Bubud Surbakti memerintah Sunggal dari tahun 1667 sampai 1792. Ia memindahkan pusat kekuasaannya di Tanjung Selamat. Bubud Surbakti mempunyai dua orang anak yaitu Andan/Undan Surbakti dan Nang/Dayan Sermaini Br. Surbakti. Nang Sermaini menikah dengan Panglima Magedar Alam dari Deli. Pada 1723 terjadi perebutan takhta di Kesultanan Deli, setelah Panglima Paderap meninggal dunia. Seorang putranya bernama Umar terusir dari Deli dan kemudian menemui Raja Sunggal yang merupakan Kalimbubu untuk melaporkan situasi di Deli. Raja Sunggal kemudian memanggil Raja Urung Sinembah, Tanjung Morawa, dan Utusan Aceh. Dari musyawarah itu ditetapkan bahwa Umar menjadi Raja Serdang dengan Gelar Tuanku Umar. Oleh karena itu, baik bangsawan Deli maupun Serdang adalah anak cucu Raja Urung Sunggal Marga Surbakti.

Andan/Undan Surbakti menggantikan ayahnya Bubud Surbakti yang memerintah antara tahun 1792 – 1891, dan memindahkan pemerintahannya ke Tanjung Selamat. Ia mempunyai enam orang anak laki-laki, yaitu Datuk Amar laut, Datuk Jalaluddin, Datuk Keteng, Datuk Kojat, Datuk Bajing, Datuk Nahu, dan dua orang perempuan, yaitu Aja Manyak dan Aja Gadih.

Datuk Amar Laut Surbakti adalah penerus takhta Sunggal yang memindahkan pusat pemerintahannya ke Jejabi. Ia memerintah dari tahun 1821-1845, mempunyai empat orang anak, 3 laki-laki dan seorang perempuan. Mereka adalah Datuk Abdullah Ahmad Surbakti, Datuk Abdul Jalil Surbakti, dan Datuk Muhammad Dini Surbakti. Datuk Abdul Jalil mempunyai sembilan orang anak, yaitu Datuk Sulung Barat, Datuk Riaw, Datuk Lintang Siak, Datuk Lingga, Datuk Segel, Datuk Long Putra, Aja Dembam, Aja Noor, Aja Intan Lara. Datuk Abdullah Ahmad mempunyai delapan orang anak. Datuk Mohammad Dini gelar Datuk Kecil mempunyai anak Olong Hasym, Datuk Ali Syafar, Datuk Ali Usman (Datuk Torong), Aja Iting. Pada masa pemerintahannya, Sunggal melepaskan semua ikatan yang pernah dibuat dengan Deli dan Aceh. Sunggal mempunyai bendera sendiri, yaitu merah dan kuning, dengan cap berlambang gajah. Datuk Amar Laut meresmikan Sunggal merdeka. Pada masa ini Panglima Magedar Alam berusaha menaklukkan Sunggal tetapi gagal.

Datuk Abdullah Ahmad Surbakti naik takhta pada 1845 – 1857 menggantikan ayahnya dan memindahkan pusat pemerintahan ke Sunggal yang letaknya sekarang adalah di sekitar Jalan PAM Tirtanadi, Kecamatan Medan Sunggal, Medan. Ia diberi gelar Datuk Indera Pahlawan. Beliau mempunyai delapan orang anak, 6 laki-laki dan 2 perempuan, yakni Datuk Mohd. Mahir, Datuk Mohd. Lazim, Datuk Mohd. Darus, Datuk Badiuzzaman, Datuk Mohd. Alang Bahar, Datuk Mohd. Alif, Aja Amah/Olong, dan Aja Ngah Haji. Pada masa pemerintahan Datuk Mohammad Bahar Sunggal diresmikan dengan nama lain, yaitu Serbanyaman. Ikatan dengan Deli dan Aceh dibangun kembali, termasuk institut Ulon Janji. Datuk Mohd. Lazim mempunyai anak delapan orang, yaitu Aja Itam (Olong), Aja Cermin, Datuk Mohd. Gazali, Aja Tipah, Datuk H. Mustafa, Aja Totop, Aja Ramsiah, Aja Nambok. Datuk Mohamad Mahir mempunyai empat orang anak, yaitu Aja Sukma, Aja Saerah, Datuk Man, dan Datuk Yusuf. Ketika Datuk Akhmad meninggal dunia pada 1857, Datuk Badiuzzazman masih berusia 12 tahun, maka atas musyawarah keluarga, Datuk Kecil ditugaskan untuk memangku Kerajaan Sunggal sampai Datuk Badiuzzazman dewasa. Datuk Kecil memimpin Sunggal sampai tahun 1866. Datuk Badiuzzazman Surbakti diangkat menjadi raja Sunggal/Serbanyaman tahun 1866 dengan Gelar Datuk Sri Diraja Indra Pahlawan sampai tahun 1895.